Pages

Subscribe:

Kamis, 28 Juli 2011

DALIL-DALIL BAHWA SETIAP BID’AH SESAT DAN TIDAK ADA BID’AH HASANAH

1. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan bagimu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridhai Islam sebagai agamamu.” (QS. Al-Ma’idah: 3)
Malik bin Anas Rahimahullahberkata: “Barangsiapa yang melakukan suatu bid’ah dalam Islam yang dia menganggap baik bid’ah tersebut, maka sungguh ia telah menuduh bahwa Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah mengkhianati risalah ini. Sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan bagimu agamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridhai Islam sebagai agamamu”. (QS. Al-Ma’idah: 3) Oleh sebab itu apa saja yang bukan merupakan agama pada hari itu, maka ia bukan termasuk agama pada hari ini”( al-I’tisham oleh asy-syaathibiy,1/64)
Asy-Syaukani Rahimahullah berkata : ”Maka jika Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyempurnakan agama-Nya sebelum Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa Sallam wafat, maka apa artinya pendapat bid’ah yang di buat buat oleh kalangan ahli bid’ah tersebut!!? Kalau memang hal tersebut merupakan agama menurut mereka,, berarti mereka telah beranggapan bahwa agama ini belum sempurna kecuali dengan tambahan pemikiran mereka, dan itu berarti pmbangkangan terhadap Al Qur’an. Kemudian jika pemikiran mereka itu tidak termasuk dalam agama, maka apa manfaatnya mereka meyibukan diri mereka dengan sesuatu yang bukan dari agama ini”!?
Ini merupakan merupakan hujjah yang kokoh dan dalil yang agung yang selamanya tidak mungkin dapat di bantah oleh pemilik pemikiran tersebut. Dengan alasan itulah, hendaknya kita menjadikan ayat yang mulia ini sebagai langkah awal untuk menampar wajah-wajah ahli logika, membungkam mereka serta mematahkan hujjah-hujjah mereka.(Al-Qaulul Mufiid Adillatil Ijtihaad Wattaqliid, hal. 38, Merupakan bagian dari Risalaah Assalafiyyah, Cet: Daar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah.
2. Hadits dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sering mengatakan dalam khutbahnya:
“Amma ba’ad. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah firman Allah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan seburuk-buruk perkara adalah yang dibuat-buat dan setiap bid’ah itu sesat.” (HR. Muslim, no.867)
3.Dari ‘Irbadh bin Saariyah [/i]Radhiyallahu ‘anhu[/i] ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah memberikan kepada kami suatu nasihat yang menggetarkan hati dan membuat air mata kami berlinang, lalu kamipun berkata: “Ya Rasulullah sepertinya ini merupakan nasehat perpisahan maka nasehatilah kami wahai Rasulullah! Beliaupun lalu bersabda:
“Aku wasiatkan kepada kalian agar bertaqwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, (agar) mendengarkan dan mentaati, sekalipun kalian diperintah oleh seorang hamba sahaya. Karena sesungguhnya barangsiapa di antara kalian yang dipanjangkan umurnya, maka ia akan melihat banyak terjadi perselisihan (dalam agama), maka hendaklah kalian berpegang dengan sunnahku dan sunnah khulafa’urrasyidin yang mendapatkan petunjuk sesudahku, berpegang teguhlah padanya, gigitlah sunnah itu dengan gigi gerahammu. Dan berhati-hatilah kamu terhadap perkara-perkara yang dibuat-buat (dalam agama), karena sesungguhnya setiap bid’ah itu adalah kesesatan.” (HR. Ahmad 4/126, Abu Dawud no. 4607, At-Tirmidzy no. 2676, Ibnu Majah no. 44, Ad-Darimy (1/44-45).
Berkata Ibnu Rajab Rahimahullah“Perkataan beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam ‘setiap bid’ah itu adalah kesesatan’ merupakan ‘Jawaami’ul kalim’ (satu kalimat yang ringkas namun mempunyai arti yang sangat luas) yang meliputi segala sesuatu, kalimat itu merupakan salah satu dari pokok-pokok ajaran agama yang agung”. (Jaami’ul ‘Uluum wal Hikam, hal 28)
Berkata Ibnu Hajar: “Perkataan beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam: “Setiap bid’ah itu adalah kesesatan”, merupakan suatu kaidah agama yang menyeluruh, baik itu secara tersurat maupun tersirat. Adapun secara tersurat, maka seakan-akan beliau bersabda: “Hal ini adalah bid’ah hukumnya dan setiap bid’ah itu adalah kesesatan”, sehingga ia tidak termasuk bagian dari agama ini, sebab agama ini seluruhnya merupakan petunjuk. Oleh karena itu maka apabila telah terbukti bahwa suatu hal tertentu hukumnya bid’ah, maka berlakulah dua dasar hokum itu (setiap bid’ah sesat dan setiap kesesatan bukan dari agama), sehingga kesimpulannya adalah tertolak.” (Fathul Baary, 13/254)
Muhammad bin Shalihal-‘Utsaimin Rahimahullah berkata: “Sesungguhnya perkataan beliauShallallahu ‘alaihi wa Sallam: “setiap bid’ah”, merupakan ungkapan yang bersifat umum dan menyeluruh, karena diperkokohkan dengan kata yang menunjukkan makna menyeluruh dan umum yang paling kuat, yakni kata “setiap”. (Al-Ibdaa’ Fi Kamaalis Syar’I wa Khatharul Ibdaa’, oleh Ibnu Utsaimin hal 13)
Sesungguhnya pedang pamungkas ini dibuat dalam industri kenabian dan kerasulan, bukan hasil ciptaan berbagai rumah produksi yang penuh kegoncangan, ia merupakan produk kenabian yang diciptakan secara optimal. Karena itulah maka tidak mungkin orang yang memiliki pedang pamungkas seperti ini akan mampu dihadapi oleh siapapun dengan suatu bid’ah yang dianggapnya sebagai bid’ah hasanah, padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah mengatakan “setiap bid’ah itu adalah kesesatan”. (Al-Ibdaa’ Fi Kamaalis Syar’I wa Khatharul Ibdaa’, oleh Ibnu Utsaimin hal 13)
4. Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:“Barangsiapa yang mengamalkan satu amalan yang dibuat-buat dalam ajaran kami (agama) padahal amalan itu bukan berasal dari agama ini, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Bukhari – Muslim)

Asy-Syaukani Rahimahullah berkata: “Hadits ini merupakan salah satu dari kaidah-kaidah agama, sebab hadits ini mendasari hokum-hukum yang tiada terbatas. Dan betapa tegas hadits ini dan betapa jelas indikasinya terhada kebatilan para fuqaha’ yang membagi bid’ah menjadi beberapa macam serta hanya menolak sebagian bid’ah saja tanpa ada dalil yang mengkhususkannya baik dari dalil aqly maupun dalil naqly.”
5. Dari Abdullah bin ‘Ukaim bahwasanya Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya perkataan yang paling benar adalah firman Allah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan sesungguhnya seburuk-buruk perkara adalah perkara-perkara yang dibuat-buat (dalam agama). Ketahuilah bahwa sesungguhnya setiap perkara yang dibuat-buat (dalam agama) itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu adalah kesesatan dan setiap kesesatan itu (tempatnya) di neraka.” (Ibnu Wudhah dalam Al-Bida’, hal 31 dan Al-Laalikaa’iy hadits no.100 (1/84)
6. Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Setiap bid’ah itu adalah kesesatan, sekalipun manusia menganggapnya hasanah (baik).”(Al-Ibaanah, no 205 (1/339), Al-Laalikaa’iy, no. 126 (1/92)

Sumber: MENGAPA ANDA MENOLAK BID’AH HASANAH? Karangan Abdul Qayyum Muhammad As-Sahibany terbitan At-Tibyan hal 23 – 30
Judul asli: Al Luma’ Fil-Rudd ‘Alaa Muhassiny Al-Bida’

0 komentar:

Posting Komentar